Senin, 02 November 2009

OUTBOUND SEBAGAI SARANA BELAJAR GERAK

OUT-BOUND SEBAGAI BENTUK PENGEMBANGAN BELAJAR GERAK
DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI ALAM TERBUKA




LATAR BELAKANG MASALAH

Pembelajaran Pendidikan Jasmani sebagai bagian dari sistem pendidikan di Indonesia secara keseluruhan tidak diragukan lagi peranannya dalam turut mendukung terciptanya manusia Indonesia seutuhnya, selain bertujuan sehat jasmani tetapi juga sehat rohani. Sehat jasmani memberikan pengertian bahwa melalui pendidikan jasmani akan mendukung dan mampu beradaptasi terhadap tugas-tugas fisik sehari-hari untuk bergerak. Bergerak yang melibatkan fungsi otot, jantung, paru dan peredaran darah (Cardio-vascular). Sementara itu sehat rohani memiliki pengertian, adanya nilai-nilai yang harus dibentuk dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk kematangan mental, sosial dan kepribadian dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Abdullah.A. 1998)
Bila melihat tujuan Pendidikan jasmani yang bernilai tinggi dan luhur tersebut, maka menuntut upaya tindakan yang kreatif dari guru pendidikan jasmani dalam mewujudkan hal tersebut. Tidak cukup dengan hanya mengantarkan siswa belajar Penjas pada jam sekolah yang sangat terbatas waktu bergeraknya, tetapi harus mampu mendorong secara sadar pada diri siswa bahwa untuk memenuhi sempitnya ruang dan waktu untuk bergerak di sekolah melalui aktivitas gerak atau olahraga di luar sekolah. Ingat bahwa proses pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam bentuk Intra-kurikuler, ko-kurikuler dan Ekstrakurikuler.
Kecenderungan yang terjadi dalam pembelajaran Penjas di sekolah dasar saat ini, terkesan kaku dengan instruksi-instruksi guru dalam menyampaikan pembelajaran untuk mencapai keterampilan gerak tertentu, bahkan terkesan secara otoriter dari sikap guru memaksa mencapai tahapan latihan yang berat membuat siswa jenuh dan tidak berminat untuk belajar.
Pada dasarnya anak lebih suka belajar menghadapi tantangan yang dirasakan mampu dilakukannya, berkompetisi sesama teman merupakan daya tarik sendiri yang membuat anak termotivasi melakukan aktivitas gerak dengan sungguh-sungguh. Baik aktivitas secara individual maupun kelompok yang akan memberikan nuansa pembelajaran Penjas yang menarik. Dalam muatan kurikulum Pendidikan Jasmani terakhir ini menawarkan materi-materi yang tidak hanya bersumber pada kecabangan olahraga seperti atletik, permainan bola voli, sepak bola, bola basket, Futsal dan sebagainya, tetapi juga terdapat materi belajar gerak di alam terbuka (out door) dilingkungan sekolah.
Aktivitas di luar kelas atau diluar gedung sekolah merupakan aktvitas yang menantang bagi siswa untuk belajar dengan hal-hal baru tetapi nyata merupakan bagian yang dilakukan oleh sebagian masyarakat kita. Anak-anak diajak untuk melakukan aktivitas yang tidak biasa dilakukan dalam kehidupannya. Bekerjasama dalam suatu tim atau kelompok untuk melakukan suatu tujuan tertentu yang selain menuntut kemampuan fisik dan keterampilan tertentu, tetapi menuntut pengembangan kepribadian seperti sikap tenggang rasa, saling peduli, suka menolong dan kepekaan terhadap situasi dan kondisi, daya juang, tidak mengenal putus asa, bertanggung jawab, nilai-nilai kepemimpinan dan sebagainya. Kegiatan demikian merupakan bagian dari aktivitas yang sedang populer saat ini yaitu ”out bound”.
Out bound berkembang dimasyarakat bukan hanya pada lingkungan pendidikan saja, seperti untuk siswa di sekolah atau lembaga kepramukaan, tetapi sudah diterapkan sebagai pendidikan orang dewasa dibeberapa lembaga pemerintah dan swasta untuk melatih karyawan, pegawai dan stapnya serta pimpinannya agar menjadi individu-individu yang kokoh, kuat, tekun, bekerja sama, saling membantu sehingga memiliki sistem manajemen yang kuat dan mampu meraih tujuan-tujuan sesuai target yang ditetapkan lembaganya.
Tidak semua aktivitas out bound juga bisa ditransfer dalam kondisi pembelajaran di sekolah, namun dapat dipilih bagian-bagian tertentu dari aktivitas out bound dan dimodifikasi secara kreatif aktivitasnya menjadi bentuk berbeda yang lebih menarik.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, pembahasan yang akan diuraikan adalah ”Bagaimana mengembangkan aktivitas Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di sekolah melalui pendekatan out-bound?”
Adapun tujuan pembahasan ini akan memberikan wawasan terhadap praktisi-praktisi pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan guru, pelatih dan siswa dalam mengembangkan pendidikan jasmani di sekolah dengan menerapkan aktivitas outnbound.
Manfaat dari pembahasan ini diharapkan para praktisi dilapangan dapat memilih dan mengembangkan serta menerapkan bentuk-bentuk outbound sebagai bagian dari pendekatan pendidikan jasmani di sekolah.

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Pendidikan jasamani adalah kajian pendidikan yang mengutamakan aktifitas jasmani dan pembinaan untuk pengembangan jasamani itu sendiri sebagai emosional yang selaras dan seimbang serta untuk mencapai tujuan pendidikan (Cholik. M, 1997).
Pendidikan jasmani di sekolah dapat mengembangkan beberapa aspek yang amat penting bagi siswa-siswi, yaitu (1) membangun minat dan perhatian untuk selalu terlibat dan ikut serta dalam kegiatan olah raga. (2) Untuk mengembangkan pola pikir anak, (3) dapat mengembangkan gerak dengan efektif dan efisien.
Tujuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, untuk mengembangkan kesehatan dan kebugaran melalui pengertian atau keterampilan gerak dasar serta aktivitas jasmani supaya dapat meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan. Dalam dunia pendidikan telah dijelaskan bahwa untuk meningkatkan mutu dan hasil efisein sebaiknya dibutuhkan waktu dan latihan-latihan yang lebih baik serta diberikan pengaruh yang kontinyu dalam artian telah dilakukan dapat dicapai.
Dalam dunia pendidikan, pendidikan jasmani mempunyai multi-fungsi dalam mengembangkan aspek-aspek organik, neuromuskular, perseptual, kognitif, dan aspek sosial (Subroto,T.:2008).
1) Aspek organik yang dikembangkan pendidikan jasmani adalah memfungsikan tubuh menjadi lebih baik, sehingga dapat memenuhi tuntutan lingkungan sebagai landasan pengembangan keterampilan.
- Meningkatkan kekuatan otot, berupa tenaga yang dihasilkan dari otot atau kelompok otot.
- Meningkatkan daya tahan oto, yaitu kemampuan otot untuk bertahan dalam kerja atau aktivitas dalam waktu yang lebih lama.
- Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler yaitu kapasitas individu melakukan aktivitas secara terus menerus (kontinyu) dalam intensitas yang berat dan waktu yang lama.
- Meningkatkan fleksibiltas yang meliputi kemampuan rentang gerak dalam persendian untuk menghasilkan gerakan yang efektif serta mengurangi cidera.
2) Aspek Neuromuskular;
- meningkatkan keharmonisan antara fungsi otot dan persyarafannya
- mengembangkan keterampilan lokomotor maupun nonlokomotor
- mengembangkan keterampilan dasar manipulatif dalam bentuk pengusasaan teknik dasar cabang olahraga
- mengembangkan keterampilan olahraga rekreasi, seperti menjelajah, mendaki, berkemah dan sebagainya.
3) Aspek perseptual;
- mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan konsep ruang, yang meliputi objek di depan, di belakang, di bawah, di atas, di kanan dan di kiri.
- Mengembangkan koordinasi gerak visual
- Mengembangkan keseimbangan tubuh secara statis maupun keseimbangan dinamis.
4) Aspek kognitif
- Mengembangkan kemampuan bereksplorasi, menemukan konsep, dan kemampuan mengambil sikap dan keputusan dengan tepat dan cepat.
- Mengembangkan kemampuan menyusun strategi dalam kondisi terorganisir, dan mampu memecahkan problematika dalam bentuk gerakan.
5) Aspek Sosial,
- Kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan sekitarnya.
- Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok
- Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai-nilai dalam mansyarakat
- Belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif.
(Subroto: 2008)


B. Definisi Out bound

Pengertian Out bound masih hangat diperdebatkan banyak kalangan praktisi out bound sendiri, hal itu dilandasi oleh perkembangan kegiatan-kegiatan outbound yang sangat pesat akhir-akhir ini karena sudah menjadi bagian dari bisnis sebagai daya saing dibidang olahraga. Keunikan dan tingkat kreativitas pengelolanya membuat outbaound yang dikembangkan menjadi berbeda dengan outbound lainnya. Namun pada dasarnya masih mengacu pada beberapa definisi yang sama.
Outbound adalah kegiatan di alam terbuka yang mampu memacu semangat belajar. Outbound merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang. Oleh karena itu. Kimpraswil (2007) menyatakan bahwa outbound adalah usaha olah diri (olah pikir dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi secara lebih baik lagi (http://www.kimpraswil.go.id/ )
Kegiatan outbound berawal dari sebuah pengalaman sederhana seperti bermain. Bermain juga membuat setiap anak merasa senang, dan bahagia. Dengan bermain anak dapat belajar menggali dan mengembangkan potensi, dan rasa ingin tahu serta meningkatkan rasa percaya dirinya. Oleh karena itu, bermain merupakan fitrah yang dialami setiap anak. Pengalaman merupakan guru dalam proses pembelajaran secara alami. Misalnya, seorang anak mengalami proses alami bermain. Hal itu dalam rangka menambah dan mengembangkan pengetahuan dari setiap pengalamannya. Jadi, tidak menutup kemungkinan siapapun berhak bermain baik anak-anak, remaja, orang dewasa ataupun orang tua. Karena belajar dari sebuah pengalaman dalam aktivitas bermain dijadikan sebagai sarana pembelajaran yang menyenangkan yang dapat dilakukan di ruangan terbuka atau tertutup.
outbound merupakan perpaduan antara permainan-permainan sederhana, permainan ketangkasan, dan olah raga, serta diisi dengan petualangan-petualangan. Hal itu yang akhirnya membentuk adanya unsur-unsur ketangkasan, dan kebersamaan serta keberanian dalam memecahkan masalah. Seperti halnya Iwan (2007) menegaskan bahwa “permainan yang disajikan dalam outbound memang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bukan hanya psikomotorik (fisik) peserta yang ’tersentuh’ tapi juga afeksi (emosi) dan kognisi (kemampuan berpikir) (http://www.peloporadventure.co.id/ )

C. Manfaat kegiatan Outbound
Tidak berbeda dengan manfaat olahraga, Outbound adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Permainan yang penuh tantangan ini juga mampu mengembangkan psikomotorik anak. Derai tawa riang anak-anak menggema dari sebuah kawasan outbound. Sesekali terdengar teriakan melengking. Apalagi ketika satu demi satu anak-anak yang rata-rata berusia enam hingga 12 tahun tersebut, mulai meluncur dari seutas tali yang menghubungkan sebuah tebing dengan pohon berukuran sedang di bawahnya. Outbound telah menjadi bagian dari kegiatan anak yang menyenangkan. Walau terkesan agak takut, akhirnya anak-anak itu pun memberanikan diri menaklukkan beberapa tantangan dengan antusias. Permainan tak hanya memberikan kesenangan bagi anak. Berbagai tantangan dalam permainan itu terbukti mampu membentuk kemampuan psikomotorik anak. Kemampuan yang berkaitan dengan gerak tubuh tersebut, tidak banyak diajarkan pada aktivitas informal Pendidikan Jasmani dan olahraga di sekolah.
Howard Gardner (2000) dalam bukunya berjudul "Multiple Intellegences", mengatakan, setiap anak memiliki kecerdasan majemuk meliputi kecerdasan spasial visual, linguistik verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis, kinestetik, dan logis matematis.
Dari tujuh macam kecerdasan tersebut, hanya beberapa yang menonjol, dan itu berbeda pada setiap anak. Karena kecerdasan bukan sesuatu yang dapat dilihat atau dihitung, melainkan tergantung pada pengalaman hidup sehari-hari, baik di rumah, sekolah maupun di tempat lain. Karena setiap anak memiliki potensi berbeda, seharusnya proses pengajarannya juga berbeda. Dalam ilmu psikologi dikenal dengan prinsip individual differences atau pada dasarnya setiap orang memiliki keunikan masing-masing.
Keunikan masing-masing anak tidak akan menonjol di sekolah dasar konvensional, yang pada umumnya hanya fokus pada aspek kognitif, yaitu kemampuan penalaran otak. Tidak jarang murid yang tidak memiliki keunggulan kognitif, dianggap anak bodoh. Akibatnya si anak menjadi minder, padahal belum tentu pada kegiatan lain, anak seperti ini tidak unggul, bahkan bisa jadi berprestasi lebih bagus. Peran sekolah sangat dibutuhkan untuk melihat potensi dan membantu mengembangkan potensi anak. Dengan begitu, si anak mampu mengaktualisasikan kemampuan diri. Kemampuan anak tersebut hanya dapat terlihat dalam outbound atau memberikan tantangan fisik dalam setiap permainan.
Seorang guru SD (Widia Chandra) di Jakarta Pusat mengatakan; "Tidak banyak sekolah yang memberikan pendidikan yang mengarah pada perkembangan gerak tubuh anak. Namun, perkembangan itu bisa didapatkan dengan mengikutkan anak pada program-program outbound yang menarik ketika libur; Anak-anak yang telah beberapa kali mengikuti outbound atau tantangan fisik lewat permainan-permainan yang menyenangkan, di sekolah menjadi lebih gembira, lebih lincah, dan memiliki pengertian terhadap teman-teman sekolahnya; Dengan tantangan lewat outbound, anak diajarkan untuk mandiri memecahkan kesulitan sehingga anak terlatih untuk mandiri, tidak cengeng dan percaya pada kekuatan diri sendiri," (file://localhost/G_okezone_com.htm )

D. Program Outbound bagi Siswa
Bila ingin tahu wajah pendidikan di suatu negara, lihatlah apa yang tersembul pada wajah anak-anak sekolah. Wajah-wajah tertekan hampir terpancar dari setiap anak didik setiap kali mereka harus berangkat sekolah. Nyaris tidak ada wajah riang, setiap kali mereka masuk sekolah. Suasana riang baru terasakan saat mereka menerima pengumuman hari libur atau pulang pagi karena guru rapat atau ada keperluan lain.

Menurut hasil penelitian di Amerika (Malcom Baldridge), menyatakan bahwa ternyata keberhasilan seseorang ditentukan oleh:
- 45% Sikap (Attitude)
- 10% Pengetahuan (Knowledge)
- 20% Perbuatan dan pengalaman (Practice)
- 25% Keterampilan (Skill)
Cara ini hanya melibatkan kemampuan berpikir manusia yang paling rendah (lower order thinking), sedangkan kemampuan higher order thinking seperti kemampuan proses belajar-mengajar yang dibalut dengan unsur attitude (sikap/moral), skills (keterampilan), knowledge (pengetahuan), experience (pengalaman), responsibility (tanggung jawab), dan accountability (pertanggungjawaban) tidak tersentuh. Melihat kondisi diatas maka diperlukan pola pembinaan luar sekolah yang dapat mengisi kekosongan tersebut.

1). Sikap dan Moral (attitude)
Sistem pembelajaram selama ini cenderung mencetak generasi cerdas otak dan sedikit kecerdasan ruh (batin). Pendidikan hanya menghasilkan generasi pintar tapi kurang memiliki attitude yang baik. Produk pendidikan pun menjadi manusia pintar yang hanya mengejar keuntungan sendiri, pintar melakukan korupsi, pintar merusak hutan yang sering mengakibatkan bencana di negeri ini.
Untuk mengisi kebutuhan pembentukan attitude maka diperlukan sentuhan dalam bentuk lainnya berupa pelatihan kepekaan hati yang dibawakan melalui pendidikan kebersamaan di alam bebas yang sesuai dengan perkembangan usia.

2). Pengetahuan (knowledge)
Di sekolah, pengetahuan yang diajarkan bergerak pada ilmu dasar dan banyak pula yang kurang dalam penerapan praktek lapangannya. Kegiatan outdoor dengan nama Outdoor Management Development Training ini menanamkan pengetahuan tambahan baik yang berkaitan dengan pengetahuan yang diajarkan di sekolah maupun pengetahuan lapangan lainnya.
Pendidikan yang menggunakan ”setting sekolahan” cenderung teoritis dan seolah hanya sekedar menjadi rutinitas yang menjemukan. Di sisi lain, belajar di luar ruang (outdoor experiential learning) lebih mengedepankan metode Connected knowing (menghubungkan antara pengetahuan dengan dunia nyata). Di sini, pendidikan dianggap sebagai bagian integral dari sebuah kehidupan.

3). Praktek dan Pengalaman Lapangan (Practice)
Peserta akan dikondisikan dalam suatu tantangan yang menarik, dengan kegiatan alam terbuka sebagai media pendidikan. Mereka juga akan dihadapkan pada tantangan fisik dan mental yang didesain khusus, tetapi jelas tidak melampaui kapasitas dari peserta.
Petualangan dan tantangan yang akan dihadapi merupakan gabungan dari kerjasama tim dan pengembangan diri. Difokuskan kepada pengembangan dari ketrampilan hidup yang terdiri dari inisiatif, kepemimpinan, komunikasi, pengambilan keputusan, kerjasama, menghadapi resiko dan kepercayaan
Hasil yang diperoleh dari melakukan kegiatan sebelumnya akan dibicarakan dalam diskusi. Penekanan pada proses belajar merupakan hal yang penting dalam diskusi. Selanjutnya mereka akan mendapat kesempatan untuk mengaplikasikannya pada kegiatan berikutnya. Metode Experiential Learning yang dipakai akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk berefleksi pada aktivitas yang terdahulu. Sehingga mereka diharapkan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi dan tantangan berikutnya.

E. Model Out-Bound sebagai bagian dari Proses Pendidikan siswa (Outbound Student Program)

a. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran program ini adalah pengembangan berbagai komponen perilaku siswa untuk menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Komponen yang diharapkan tumbuh dari pelaksanaan program Outbound Student Program ini adalah:
1. Mempunyai kemampuan dalam pengelolaan diri
2. Tidak kehilangan kontrol emosi dalam menghadapi tantangan
3. Tidak menarik diri bila menghadapi kesulitan dan tantangan
4. Tegar dalam menghadapi situasi panik
5. Berpikir kreatif
6. Kemampuan mengembangkan gagasan kreatif dari diri sendiri
7. Kemampuan membangkitkan semangat kerjasama dalam tim dengan menggerakkan kawan sesama anggota tim.
8. Kemampuan membangkitkan semangat kerja tim
9. Mempunyai Hubungan interpersonal yang baik
10. Membangun rasa saling percaya kepada orang lain
11. Menghargai perbedaan
12. Melihat kelemahan orang lain bukan sebagai kendala
13. Bersedia menolong orang lain dan mau ditolong orang lain
14. Berkomunikasi secara efektif
15. Berusaha menyampaikan informasi kepada pihak lain demi kesuksesan bersama
16. Mengkomunikasikan ide kepada orang lain dengan jelas dan sistemik
17. Merangsang orang lain untuk menyampaikan gagasan orang lain
18. Bersedia bertanya apabila ada ketidakjelasan informasi

b. Metode
Metode yang digunakan dalam Outbound Student Program adalah:
1. Kerjasama dalam kelompok
2. Petualangan Individual dan kelompok
3. Ceramah (keterkaitan antara kegiatan simulasi dengan prinsip manajemen)
4. Diskusi (refleksi kegiatan)
c. Pola Pendekatan
Kegiatan outbound student program menggunakan pola pendekatan sebagai berikut:
1. Kegiatan Spiritual/Keyakinan
2. Kegiatan Kesehatan dan Kebugaran
3. Kegiatan Prestasi
4. Kegiatan Keluarga
5. Kegiatan Sosial
Pembahasan atas kegiatan menggunakan: ”Emosional, Intelektual dan Spiritual”

d. Kegiatan dan rancangan pendanaan.
Setiap bentuk atau model kegiatan akan terkait dengan pendanaan yang akan timbul atas penyelenggaraan kegiatan, pada aspek :
1. Durasi Waktu
2. Jumlah Peserta
3. Letak lokasi kegiatan
4. Desain Program
5. Dan hal-hal lain yang ditentukan kemudian

e. Keamanan Dalam Pelatihan(safety)
Safety adalah melaksanakan seluruh tindakan-tindakan penting untuk menjaga suasana kegiatan agar aman bagi peserta untuk bermain dan belajar. Terdapat dua hal penting mengenai safety :
1. Physical safety
Kegiatan dengan media alam terbuka memiliki resiko keselamatan pada peserta dan kami pihak penyelenggara selalu mengutamakan keselamatan peserta dalam setiap setting aktifitas kegiatan dengan menggunakan peralatan yang telah teruji secara internasional dan dipasang oleh orang-orang yang telah berpengalaman. Namun demikian masih terdapat resiko yang uncontrolable, seperti kurang kehati-hatian peserta sendiri, karena itu juga diperlukan kerjasama dengan peserta dalam memperkecil resiko terjadinya situasi yang tidak diinginkan.
2. Psychological Safety,
Dalam hal ini, kami menyusun dan mendorong disepakatinya aturan main untuk tidak menimbulkan sakit hati peserta yang disebabkan oleh tindakan atau perkataan dari sesama peserta maupun fasilitator. Dengan suasana aman seperti itu, dimana tidak ada satupun orang yang takut salah, takut dicemooh, takut dikomentari, maka suasana kegiatan menjadi kondusif untuk seluruh peserta.


G. Outbound yang Baik Harus Menghasilkan Peak Adventure
Merencanakan Program pengembangan dan pelatihan yang dilakukan di luar ruangan, atau biasa disebut outbound hanya akan efektif bila dilaksanakan dengan baik, yakni mampu memberikan puncak petualangan dalam mengatasi tantangan (peak adventure) bagi para pesertanya.
Keluar dari Comfort Zone; Untuk bisa menghasilkan peak adventure, kegiatan-kegiatan dalam out bound training harus bisa mengeluarkan partisipan dari comfort zone (daerah yang nyaman) mereka. Tapi, diingatkan, peak adventure tiap-tiap orang berbeda sehingga instruktur outbound tidak boleh memaksa peserta yang tidak berani melakukan kegiatan tertentu. Instruktur bisa membantu dengan persuasi dan mendampingi peserta out bound training yang tidak berani. Out bound pada dasarnya mempertemukan antara kompetensi dan risiko. Jangan sampai risikonya terlalu tinggi sehingga malah menjadi missadventure.
Peak adventure tercapai bila risiko dan kompetensi proporsional. Mengingat makin menjamurnya penyelenggara outbound saat ini, penyelenggara termasuk dilingkungan sekolah perlu hati-hati. Guru atau instruktur harus pandai memilih outbound provider yang reputasinya bagus, memiliki standar keamanan tinggi dan instruktur yang qualified. Selain itu tempat & program outbound yang tepat akan mendukung kesuksesan sebuah kegiatan outbound.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Outbound training saat ini menawarkan solusi terbaik bagi pelajar (TK/ SD/ SMP/ SMA) atas permasalahan hubungan antar manusia melalui kegiatan di ruang terbuka. Pelatihan yang menggunakan kombinasi antara teori, simulasi, role play, diskusi dan metode belajar dari pengalaman. Peserta diajak untuk membebaskan diri dari paradigma lama, lepas dari ruang dan batasan-batasan formalitas yang sering menghambat kreativitas dan menutup jalan untuk membuka diri seluas-luasnya bagi suatu perubahan positif.
Menyelenggarakan outbound harus membangun sinergi dan sikap empati antar sesama anggota; Membangun motivasi meraih prestasi dalam kegiatan yang meriah dan fun; membina keakraban dan kekeluargaan serta kepekaan terhadap lingkungan; Membangun kecintaan pada sekolah melalui kegiatan yang rekreatif dan fun.
Latihan-latihan dasar dapat di aplikasikan dalam bentuk games yang menarik pada pembelajaran Penjaskes di sekolah, karena tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam pelatihan outbound identik dengan tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan di atas maka disarankan kepada guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dapat mengembangkan proses pembelajaran yang menarik antara pembelajaran konvensional di ruang tertutup (kelas) dengan pembelajaran di ruang terbuka (outbound education), melalui permainan dan games yang menarik dan menantang, sehingga siswa memiliki sikap dan moral (attitude), keterampilan (skills), pengetahuan (knowledge), pengalaman (experience), tanggung jawab (responsibility), dan accountability (pertanggungjawaban).
Program-program dasar latihan yang dikembangkan dalam outbound dapat dilaksanakan melalui program ekstrakurikuler, yang menggabungkan unsur-unsur pembinaan pendidikan Jasmani dan olahraga, pembinaan rohani dan mental serta kepramukaan sebagai program-program pendidikan yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan di sekolah.



DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, A. (1998), Azas, dan Falsafah Pendidikan Jasmani, BP3GSD Jakarta Detjin Dikti Depdiknas.

Cholik,M. (1997), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. BP3GSD Jakarta Detjin Dikti Depdiknas.
Chandra, Widia., (2009), (file://localhost/G_okezone_com.htm )

GAIA Indonesia, (2009), http://www.gaiaindonesia.com/

Koran SI, (2009), Outbound, Tantangan Fisik & Tingkatkan Psikomotorik, file://localhost/G_okezone_com.htm.
Kimpraswil, (2007), http://www.kimpraswil.go.id/

Subroto,T., (2008), Strategi Pembelajaran Penjas, Jakarta: Universitas terbuka.